Skip to main content

Please, don't ask me…



Beberapa hari ini aku benar-benar merasa "sakit". Berharap, benar-benar berharap bahwa orang tak akan lagi menanyakan sesuatu yang begitu menyakiti seluruh jiwa dan raga. Pernah kalian merasakan itu? Kesakitan yang amat hingga kalian ingin menerakkan luka kalian ke dunia?


Tak akan aku bahas apa yang membuat kesakitanku kali ini, karna bukan keluhan yang ingin aku sampaikan pada dunia kali ini. Bisakah kita benar-benar mengetahui batasan kapan kita harus berhenti bertanya pada seseorang? Aku rasa bisa, karna kita manusia.

Binatang saja tahu bagaimana melindungi kelompoknya. Kita, manusia, makhluk ultimate sempurna tak bisakah untuksetidaknya berhenti menyakiti mental sesamanya? Aku pun pernah salah dan terlihat begitu acuh pada yang lain, begitu sembrono dalam bertutur, tapi aku berusaha berhenti dari itu semua. Sakit yang muncul karna kata-kata (dan tulisan di jaman sosial media ini) bisa dengan mudah memutar balikkan dunia seseorang.

Bukan satu dua kasus seseorang berakhir mengakhiri hidupnya dengan iringan pertannyaan tragis yang bahkan orang yang bertanyapun tak pernah benar-benar memikirkan perkataannya. Kita memiliki gua gelap sendiri dalam diri kita, memendam semua sakit, semua luka dan sedih yang memang tak diperuntukkan untuk dunia. Dimana semua perih itu butuh waktu untuk memasuki gua persembunyaiannya, butuh banyak usaha dan penerimaan atas luka-luka yang ingin disimpan dalam gua gelap untuk dilepaskan dalam keikhlasan akan masa sulit.

Semua orang punya kesedihannya masing-masing, dan tak semua orang mau mengatakan pada setiap orang bahwa ia terluka, hanya pada si tangan kanan nya lah atau bahkan hanya Tuhannya dia berani begitu terbuka membuka gua gelapnya. Jadi, berhenti lah bertanya sesuatu yang jelas akan memperparah sakitnya.

"aku kan tak tau kalau dia sakit karena itu.."
"eh sis, gue penasaran tau kenapa gitu…?"
Kalian tahu kalau kalian pernah membersamainya bersama hati kalian, kalian akan sangat tahu kalau kalian belajar untuk lebih peka dan menghargai privasi, bukan hanya terus-terusan mencoba bertanya untuk kepuasan bahan prasangka kalian.
Please, don't ask me…
Diammu terkadang lebih membantu untuk hati seseorang..

Comments

Popular posts from this blog

KEMAS MENGEMAS, belajar dari BIKINI yang lagi kekinian

Hi guys, beberapa pekan lalu baik dunia maya ataupun dunia pertelevisian sempet banget dihebohin sama bihun yang lagi ga mau kalah dengan zaman alias kekinian. Mungkin lebih santer terdengar sebagai BIKINI (Bihun Kekinian). Kalau kita belajar khusnuzon , mungkin kakak pemproduksi ini sedang mencari cara untuk megangkat nama si bihun yang mulai usang oleh zaman.. hehehe.. Bihun sumber : vemale.com Menurut beberapa sumber, banyak banget masalah dari produk ini, baik dari ketiadaan izin edar dan kemasan yang penuh kontroversi.. yoi, macem dunia artis kita guys. Masalah ketiadaan izin ini mungkin bisa lebih dipermudah atau disosialisasikan sama pihak-pihak berwenang ya. Karna, sebagai pelaku anak muda (iya.. aku masih muda :P) yang sangat kreatif dan berdaya juang dalam dunia wirausaha, tak menampik bahwa awalnya kurang paham dan kurang terfasilitasi untuk menggurus masalah perizinan ini. Lebih terkenal sebagai keribetan birokrasi kita. Ya gimanapun, anak muda ini berusaha memba

CANTIK

Pernah ga sih kalian dengar seseorang berkomentar, "cantik sih , tapi kok item sih .." "manis sih , tapi kok kurus banget sih .." Atau "Ah yang kayak gitu mah biasa aja.." Entah komentar-komentar itu dilontarkan teman perempuan, laki-laki idaman atau sanak keluarga. Jadi apa sih yang dimaksud dengan cantik? Manis? Indah? Imut? Atau beautiful itu? Pantaskah seseorang manusia sebagai makhluk yang diciptakan paling sempurna oleh Sang Pencipta memberikan penilaiannya terhadap makhluk yang juga diciptakan paling sempuna versi Tuhan?